Bayan Jamaah Qatar ( Imam Di Raja Qatar ) Terjemahan Maulana Abdul Hamid (Imam Masjid Jamek Sri Petaling)
Alhamdulillahirabbil’alamin ………..
Allah SWT berfirman bahawasanya tidak ada tuhan melainkan Dia. Dan malaikat-malaikatpun menyaksikan. Dan orang-orang berilmupun menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Dia. Sesungguhnya Allah maha perkasa dan maha bijaksana.”
Dan Nabi SAW bersabda,” Iri hati (hasad) tidak dibenarkan kecuali kepada dua jenis manusia, harus ada sifat berlomba-lomba, pertama seorang lelaki yang Allah kurniakan dia harta benda dan dia telah membelanjakan hartanya untuk kebenaran.
Dan seorang lelaki yang Allah beri padanya Al-hikmah dan dia membuat keputusan atau menjatuhkan hukum berdasarkan hikmah, ilmu yang Allah SWT telah berikan kepadanya dan dia mengajarkannya.”
Pembicaraan ini akan dikhususkan pada perkataan Al-Hikmah.
Pertama, ingin diketahui terlebih dahulu apa pengertian Hikmah dalam bahasa Melayu.
Sehingga kita dapat mengetahui keshohehan arti tersebut, kemudian membandingkannya dengan Al-hikmah itu sendiri.
Jadi kalau ada yang mempunyai pendapat tentang hikmah tolong angkat tangan, InsyaAllah.
Sekarang kita berlatih, kita belajar. Jadi jika kita ada berbincang tentang ayat-ayat Allah maka Allah SWT seperti mana hadits Nabi SAW terangkan, bahwa tidaklah berkumpul orang-orang di salah satu rumah-rumah Allah (masjid), membaca AL-Qur’an dan membacanya kepada satu dengan yang lain melainkan diturunkan sakinah keatas mereka. Rahmat meliputi mereka, para-para malaikat mengelilingi mereka, dan Allah SWT menyebut-nyebut mereka di perkumpulan malaikat-malaikat.”
Terjemahan hikmah ini sebenarnya dia tidak mempunyai terjemahan. Di dalam perkataan bahasa Arab Hikmah ini tidak mempunyai padanan kata yang lain.
Apabila dia tidak ada padanan kata dalam bahasa Arab, maka di dalam bahasa lain di dunia juga tidak ada.
Dan ada juga kalimah-kalimah lain di dalam bahasa Arab yang dia tidak mempunyai kata lain dan tidak juga boleh diterjemahkan dalam bahasa-bahasa lain, seperti Al-barakah, dia tidak boleh diterjemahkan, dan dia tidak ada pengertian dalam bahasa Arab.
Sekarang kita hanya akan membincangkan tentang kalimat Al-Hikmah.
Ilmu tanpa hikmah seperti jasad tanpa roh. Dan juga dakwah tanpa hikmah memberikan hasil yang buruk.
Karena Allah SWT juga mensyaratkan dalam dakwah mesti ada hikmah. Firman Allah SWT,”Serulah ke jalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasehat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah juga yang lebih mengetahui akan orang yang sesat dari jalanNya dan Dialah juga yang lebih mengetahui akan orang yang mendapat hidayah petunjuk .”(an-Nahl 125).
Jadi sesiapa yang coba menterjemahkan hikmah maka dia salah. Jadi kita katakan hikmah itu hikmah, kemudian kita terangkan maknanya berdasarkan apa telah dibacakan. Jadi bagaimana kita akan dapatkan hikmah ini?
Seperti mana firman Allah SWT,”
Allah SWT menganugerahkan AL-hikmah kepada sesiapa yang Dia kehendaki, Barangsiapa yang diberi hikmah sesungguhnya dia benar-benar telah dianugerahi karunia (kebaikan) yang banyak. Dan hanya orang-orang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah) (Al-Baqarah 269).
Jadi tuan-tuan yang mulia, apa pendapat kita, apakah kita ingin Allah SWT mengurniakan hikmah kepada kita tanpa kita memperoleh sebab-sebab yang boleh mendapat hikmah daripada Allah?
Atau kita berusaha akan asbab-asbab yang dengannya Allah SWT memberikan hikmah kepada kita.
Sebagaimana turunnya hidayah ada asbab-asbabnya, begitu juga pemberian hikmah ada asbab-asbabnya.
Sebagaimana Allah SWT berfirman,”Allah memberi hikmah kepada sesiapa yang dia kehendaki.
Begitu juga Allah SWT berfirman,”Engkau tidak boleh memberi hidayah kepada siapapun yang engkau kehendaki, kepada sesiapa yang engkau suka, tetapi Allah SWT memberi hidayah kepada sesiapa yang dikehendakiNya.”
Kita tidak berhak mengatakan orang itu ada hikmah atau tidak, orang alim itu ada hikmah ataupun tidak, bahkan apa kita punya tanggungjawab atau kerja kita, Allah beri hikmah ataupun tidak.
Hikmah ini Allah SWT berikan dalam AlQur’an seperti pada ayat-ayat yang telah dibacakan diatas. Pertama, yang mula-mula di surah AL-Baqarah, dan surah al-Jumuah.
Dalam doa nabi Ibrahim AS. Firman Allah SWT mengenai doa Nabi Ibrahim AS (Al-Baqarah 129):
Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang rasul dari kalangan mereka yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab, dan AL-hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Maka di dalam do’a Ibrahim, Allah SWT nukilkan bagaimana Ibrahim AS berdoa. Tetapi di dalam penerimaan ALLah SWT akan do’a Ibrahim AS, Allah SWT rubah tertib-tertib perkara yang diminta Ibrahim AS.
Tuan-tuan perhatikan betul-betul tertib doa Ibrahim AS dan tertib yang Allah rubah dari do’a Ibrahim AS. Dari ayat-ayat yang dibacakan tadi bahwa daripada satu ayat doa Ibrahim AS yaitu satu tertib iaitu membacakan ayat-ayat Engkau, mengajarkan mereka al-Kitab dan al-hikmah, serta mensucikan mereka.
Maka kemudian apabila Allah SWT menerima do’a Ibrahim AS, ada tertib yang dikalihkan, iaitu mengajarkan ayat-ayat Allah, mesucikan, kemudian barulah mengajarkan al-Kitab dan AL-hikmah.
Maka daripada ayat ini kita nampak bahwa Allah SWT tukarkan tertib doa yang dimohonkan oleh Nabi Ibrahim AS. Sekarang kita akan lihat apa yang terkandung dalam do’a Ibrahim AS. Sehingga orang-orang Arab yang bukan Islam, mereka mencoba mencari apa makna hikmah, mereka juga telah mencapai suatu rumusan daripada perkataan-perkataan yang akan saya bacakan ini.
Begitu juga orang-orang kafir, yang menzahirkan keislaman dan menyembunyikan kebohongan mereka karena mereka ingin mengetahui, mencari, menyelidiki makna hikmah, mereka pun mendapatkan makna seperti ini.
Jadi hikmah ini tidak diterjemahkan dengan satu lafadz saja. Yaitu keadilan (adl), sabar yang tinggi (hilm), perkataan yang bertepatan dengan yang haq (yang benar), sesuai yang betul dan tepat dengan kebenaran. Yang termasuk yang kelima adalah falsafah.
Yang mana ianya untuk orang Islam dan sebaliknya. Bagi setiap orang yang belajar Ini bukannya bermakna kelima-lima ini menterjemahkan hikmah, tapi ini memberi suatu makna apa yang dikehendaki dari hikmah ini di dalam bahasa Arab.
Maka kita akan lihat kita akan berhenti di atas lima makna hikmah.
Yang pertama adalah Ad-adl
Makna adl atau keadilan dalam agama adalah insaf, yaitu menghukum diantara manusia dengan kebenaran, dan memberi kepada orang yang berhak akan haknya, Adil ialah menempatkan orang yang tidak berdosa, dan menghukum orang yang berdosa melalui perkara.
Dalam kitab dan sunnah, adl juga memberi makna mengesakan Allah. Karena berlawanan dengan kata adli adalah zholim. Sesungguhnya syirik itu kezholiman yang sangat besar. Sesungguhnya Allah menyeru dengan adl dan ihsan.
Disini kita lihat perkataan adl dan tauhid, yaitu perkataan Laa ilahaa ilallah. Dan Allah berlaku baik terhadap mahluqNya. Dan bantu-membantu atas kebajikan dan ketaqwaan.
Ditanya Nabi SAW tentang kebajikan. Nabi SAW menjawab itu adalah ahlaq yang mulia. Jadi disini kebajikan adalah hubungan kita dengan mahluq-mahluq Allah.
Dan taqwa adalah hubungan dengan Allah SWT. Ketaatan kepada Allah maknanya Dia ditaati tidak dimaksiati. Dan bahwa Dia diingat tidak dilupai. Bahwa Dia disyukuri dan tidak dikufuri.
Ditanya kepada Rasulullah SAW,”Amalan apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga?” Nabi SAW menjawab,”Takwa dan akhlaq yang mulia.”
Takwa adalah diantara kita dengan Allah SWT, dan akhlak yang mulia adalah antara kita dengan mahluk.
Sabda Nabi SAW,”Bertakwalah kamu kepada Allah SWT dimana saja kamu berada dan ikutilah kejahatan dengan kebaikan niscaya dia akan menghapuskannya.
Dan bergaullah dengan manusia dengan ahlak yang mulia.”
Maka makna hikmah yang pertama adalah ad-adl. Jadi orang yang tidak berlaku adil terhadap dia dan manusia, dan dia dengan Allah SWT, maka dia tidak akan diberi hikmah oleh Allah SWT walaupun sebanyak mana dia telah diberi ilmu.
Yang kedua adalah Hilm (sabar yang tinggi) Firman Allah SWT,”Berpalinglah kamu dari orang-orang yang jahil. Berpaling dari orang-orang yang jahil itu adalah hilmun (hilm). Dan kita tidak membela diri kita ketika orang-orang jahil mengatakan kita, menyakitkan hati kita, itu juga dikira sebagai hilm.
Jadi hilm ini adalah hubungan kita dengan manusia. Jadi ad-adl adalah hubungan kita dengan Allah juga hubungan kita dengan manusia. Sedangkan al-hilm adalah hubungan kita dengan manusia.
Ketiga adalah perkataan yang bertepatan dengan al-haq (kebenaran) Al-haq adalah salah satu dari nama-nama Allah.
Al-Haq adalah benda yang dibawa oleh Nabi SAW. Zikir kepada Allah adalah haq. Dan tauhid adalah haq. Dan ikut nabi adalah haq, dan agama adalah haq dan jannah haq, dan neraka haq. Kalau kita bercakap hal-hal ini barulah percakapan kita itu adalah haq.
Dan bercakap di luar perkara ini adalah termasuk di dalam kebathilan. Dan orang yang meletakkan dirinya, menyelamkan dirinya ke dalam kebathilan maka dia akan terhindar daripada hikmah.
Firman Allah SWT,” … Dan Allah menyempurnakan nurNya walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya.”
Bagaimana Allah SWT menyempurnakan nur agamaNya kalau Allah SWT inginkan bahwa Allah SWT boleh menghidupkan atau menzahirkan nur agamaNya dengan kurdratNya.
Tapi Allah inginkan cara sunatullah. Cara sunatullah untuk menyempurnakan nur agamaNya. Dan diantara sunatullah yang Allah SWT jalankan untuk peraturan ini adalah menurunkan Nabi-nabi dan Rasul-rasul untuk menyeru manusia kepada kebenaran. Mendakwah kepada agama yang haq. Din atau agama adalah satu kalimat yang tidak dijamak, dia single tidak ada pluralnya.
Sesungguhnya agama disisi Allah adalah Islam. Tidak ada apa-apa yang ketiga. Tidak lima dan tidak empat. Sesungguhnya agama hanya satu. Dialah yang menurunkan RasulNya dengan petunjuk dan agama yang Haq.
Dan Allah SWT berfirman,”Ikuti dan taatlah dia supaya Allah SWT memenangkan atas agama di atas semua agama walaupun orang kafir membencinya.” Maka jika seseorang bercakap mengenai firman Allah SWT, maka kata Nabi SAW, percakapannya adalah haq. Dan orang yang bercakap tentang haq, tentang kebenaran, maka Allah SWT akan membenarkannya.
Dan Allah akan menuliskan namanya bersama orang-orang shadiqiin. Dan Allah memerintahkan kita untuk bersama-sama orang shadiqiin.
Firman Allah SWT,”Dan bersertalah kamu bersama orang-orang shadiqiin.” Orang shadiquun adalah orang yang percakapannya betul. Dan menyeru kepada haq.
Tapi haq ini, sesetengah manusia melihatnya sebagai kebathilan. Karena buta, bukan buta mata tapi buta mata hati, dimana firman Allah SWT,”Maka sesungguhnya bukan buta mata, tapi buta mata hati yang ada di dalam dada daripada kesesatan.”
Seseorang melihat yang haq sebagai yang bathil, dan bathil sebagai haq. Masalahnya di hati. Karena hati ini berbolak balik. Apabila hatinya terbalik, maka ia akan melihat haq sebagai bathil dan bathil sebagai haq.
Dia mampu bersumpah dengan nama Allah bahwa yang haq itu bathil dan yang bathil itu haq. Karena dia melihat dengan mata hatinya yang telah terbalik bahwa haq itu bathil dan bathil itu haq.
Karena haq itu adalah rezeki dari Allah. Begitu juga untuk membedakan haq dan bathil adalah rezeki dari Allah. Ada juga orang yang mengetahui haq itu haq tapi dia telah terhindar dari mengikutinya.
Walaupun ada juga yang melihat bathil itu bathil tapi dia telah terhindar dari menjauhinya.
Maka untuk mengikuti haq itu adalah petunjuk atau rezeki dari Allah. Begitu juga untuk menjauhi bathil itu adalah rezeki dari Allah untuk menjauhinya.
Jadi kita berhajat kepada Allah SWT, kita berusaha, kita belajar, kita beramal, dan menyeru kepada Allah SWT. Nabi SAW mengajarkan bagaimana untuk meminta dari Allah SWT,” Ya Allah tunjukilah kami haq itu haq, dan berilah rezeki kepada kami untuk mengikutnya, dan tunjukilah kami bathil sebagai bathil, dan berilah rezeki kepada kami untuk menjauhinya.”
Kita mesti yakin bahwa perkataan itu benar-benar perkataan Allah SWT. “Siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah SWT.” Kita meyakini 100% kepada Nabi SAW, seperti firman Allah SWT,”Tidaklah Baginda bercakap daripada hawanafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
Orang-orang munafiq di jaman kita ini mensyaki, menyangsikan kebenaran Nabi SAW.
Demi Allah, sesungguhnya mereka telah kufur walaupun mereka mendakwa diri mereka orang-orang Islam. Mereka jauh dari petunjuk. Mereka didalam kesesatan dalam petunjuk.
Mereka adalah khalifah-khalifah syaithan. Mereka adalah orang-orang sesat. Yang mana lawan daripada petunjuk adalah sesat. Dia adalah khalifah syaithan. Yang mana dia adalah khalifah yang menggantikan syaithan di muka bumi ini.
Maka siapa yang ada dalam keadaan itu pada masa sekarang ini maka ia adalah khalifah syaithan. Siapa yang ikut seruan dia maka dia telah ikut seruan syaithan.
Orang-orang munafik di jaman Nabi SAW mereka menafikan perkataan Nabi SAW.
Orang-orang yang mula-mula menulis hadits iaitu Abdullah bin Amr bin Ash. Dia menulis semua yang disebut Nabi SAW.
Datang seorang munafik untuk menyangsikan dia tentang apa yang dia tulis daripada Nabi SAW. (Kata Imam,”Saya menyebut nama Nabi SAW tapi tidak ada yang bersalawat untuknya. Sabda Nabi SAW,”Orang yang kedekut adalah orang yang apabila namaku disebut dia tidak bersalawat kepadaku).
Kemudian munafik itu datang datang menyangsikan apa yang ditulis Abdullah bin Amr bin Ash. Apa yang kamu tulis ini semua tentang Nabi SAW? Kadang-kadang dia marah.
Kamu tulis juga apa yang dia katakan saat dia marah.” Maka firman Allah SWT kepada Nabi SAW ketika itu.
Maka Abdullah bin Amr bin ash telah pergi ke Baginda SAW dan mengadukan apa yang diperkatakan kepadanya.
Baginda SAW bersabda,” Ya Abdullah, tulis! Maka tidak keluar dari dua bibir ini kecuali haq.”
Maka kita mesti berusaha sampai kepada martabat tertinggi yaitu haq. Maka kita mesti berusaha untuk membenarkan apa yang dikatakan oleh Allah Dan syaitan menjanjikan kamu dengan kebakhilan.
Maka dikatakannya keluar di jalan Allah SWT, mengeluarkan di jalan Allah SWT kamu akan jadi miskin. Sabda Nabi SAW, Allah berfirman dalam hadits qudsi,”Wahai hamba, berlakulah untuk taat beribadah kepadaKu, dan berjuang di jalanKu, maka Aku akan penuhi dada kamu dengan kekayaan.
Kaya yang sebenarnya adalah kaya hati. Kamu tidak berhajat pada orang-orang lain. Kaya hati kamu. Dan Aku tutup segala kemiskinan kamu. Kamu tidak perlu menadah hajat kepada orang lain. Dan kamu telah melapangkan masa untuk agama Allah SWT.
Dan Aku akan penuh di tangan-tangannya dengan kesibukan tetapi tidak akan menutup kebakhilannya Maka kalau kita lihat orang yang banyak buat haji, banyak keluar di jalan Allah, kelihatannya hartanya akan kurang, tapi demi Allah sesungguhnya hartanya bertambah.
Dan orang yang mana menyibukkan dirinya dengan dunia dan membelanjakan hartanya di dunia maka Allah SWT menambah kebakhilannya.Dan Allah jadikan dia terhina.
Dan orang yang mana memberi masa untuk agama maka Allah SWT walaupun Allah beri dunia untuk dia tapi beri dengan mulia dan Allah akan kayakan sebelum dia di akherat nanti.
Keempat, betul urusan dan juga tepat. Yang betul ialah semua yang dibawa Nabi SAW. Untuk mendapat yang betul dan tepat , maka kita mesti bertaqwa kepada Allah SWT. Apabila kita perkatakan sesuatu yang betul untuk Allah SWT dan RasulNya maka Allah SWT akan beri taqwa kepada kita.
Dan apabila amalan kita jadi betul, jadi baik, maka Allah akan ampunkan dosa-dosa kita.
Firman Allah SWT,”Wahai orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah SWT, dan katakanlah perkataan yang lurus, niscaya Allah akan memperbaiki amalan kamu dan menghapus dosa kamu. Barangsiapa yang mentaati Allah SWT sesungguhnya dia berjaya atas kejayaan yang besar.”
Kelima, falsafah. Ada bermakna kalau orang menjadi ahli falsafah menjadi ahli iklas, ikram. Jadi hikmah, belajar dari falsafah ini, mengapa Allah jadikan langit, mengapa Allah jadikan bumi, mengapa Allah jadikan saya?
Tapi ada orang yang menggunakan falsafah untuk menggunakan kebebasan berfikir atas haq, atas ayat-ayat Allah dan hadits-hadits.
Maka dia tersesat dengan akal dia sendiri.
Firman Allah SWT,”Apabila mereka telah sesat, Allah SWT sesatkan hati mereka, dan Allah tidak memberi hidayat kepada orang yang zalim.”
Tadi kita telah bincangkan hikmah dari segi lughat. Hikmah disebut 20 kali dalam 19 ayat. 1 ayat disebut 2 kali. Maka apabila kita ambil hikmah atas Nabi SAW, tetapi kepada ummat. Nabi Musa AS, Daud AS, Isa AS, maka dia atas makna nubuwah, kenabian.
Tapi apabila hikmah ini dikehendaki untuk Nabi SAW, bukan ditujukan khas kepada Baginda, tetapi kepada umat. Lantaran itu Allah SWT menyuruh Baginda SAW untuk mengajarkan umatnya akan hikmah. Jadi Allah menyuruh Nabi SAW untuk mengajarkan umat Alkitab dan hikmah.
Juga Allah perintahkan mengajarkan ayat-ayat dan hikmah. Allah memerintahkan mengajarkan dua sekali kepada umat ini. Maka hikmah disini maknanya as-sunnah.
Karena sebelum al hikmah, disebut Al-kitab. Al-kitab disini adalah Al-Qur’an. Sehingga al-hikmah berarti as-sunnah. Maka setengah ulama yang menafsirkan, menerangkan, hikmah segi istilah ialah tafakkur fid-din.
Ada diantara mereka yang mengatakan ilmu halal dan haram. Mereka kata banyak perkataan-perkataan lain dan takrif-takrif lain.
Dan kata Imam Malik RAH, semua yang mereka kata itu, ada sesuatu yang lebih daripada Allah SWT.
Apakah sesuatu yang lebih diberi Allah SWT? Sesuatu yang rahasia didalamnya, itu adalah satu tambahan dari Allah SWT. Kalau dikatakan apakah manusia itu? Kita katakan manusia ini tergabung dari jasad, dan jasad itu dia terdiri daripada kepala, dan kita katakan juga kepala ini terdiri dari otak, mata, telinga, dua bibir, lidah, hidung, dan badan juga ia tergabung diantara tangan, tangan juga terdiri dari lima jari, dan di kaki juga ada tapak kaki, betis, jari,
Dan ini adalah manusia, dan ada sesuatu yang lebih daripada Allah SWT, Maka tanpa sesuatu yang lebih ini yang diberi oleh Allah SWT ini, maka mata, lidah, tangan, kaki, usus, jantung, limpa, semuanya tidak akan memberi faedah atau manfaat.
Sesuatu yang tidak dilihat. Firman Allah SWT,”Dan mereka bertanya kepadamu, wahai Muhammad SAW tentang roh. Katakanlah sesungguhnya roh itu urusan Tuhan-mu. Dan tidak diberi kepada kamu daripada ilmu kecuali sedikit” Ruh itu urusan Allah.
Dengannya bergeraklah anggota, dan dengan perintah, dengan urusan Allah mata boleh melihat, dengan perintah, dengan urusan Allah kita mendengar, dengan urusan Allah kita bercakap, dengan urusan Allah SWT kita berfikir, dan dengan perintah Allah kita memegang, dan dengan perintah Allah kita berjalan. Maka ilmu yang tidak ada hikmah seperti jasad yang tidak ada roh.
Kita belajar, kita harus berdoa kepada Allah agar diberi hikmah. Yang mana kita nak tengok beberapa asbab hikmah, disamping kita belajar agama, kita memahami agama, kita berusaha ke arahnya bagaimana kita dapat. Firman Allah SWT,”Barangsiapa yang diberi hikmah sesungguhnya dia diberi karunia yang besar. Dan tidaklah mengambil pejaran kecuali ‘ulul albab.”
Kita gariskan kata ulul albab. Diantara takrif-tafrif atau definisi-definisi ulul albab dalam AL-Qur’an. Sebaliknya orang yang bukan ulul albab, walaupun dia punya banyak ilmu tapi dia terhindar daripada hikmah.
Maka sebelum kita pergi kepada hikmah ini, kita lihat firman Allah SWT,”Tidaklah kamu diberi dari ilmu ini kecuali sedikit.”
Abdullah Bin Abbas RA dan orang yang sepertinya, mereka banyak ilmu, tapi mereka kata itupun yang sedikit itu kamipun tak dapat.
Ilmu itu tiga tingkat. Ada orang yang masuk tingkat pertama itu yang masuk neraka. Dan dia belajar tingkat yang pertama, peringkat yang pertama ada ilmu sedikit. Dia rasa dia terlalu’alim dan menyebabkan dia merasa orang lain kecil. Dan jika orang lain memujinya dia merasa dirinya terlalu besar dan orang lain kerdil didepannya. Apabila kita bertanya kepadanya kebenaran, dia akan menolak. Dan inilah besar diri, sombong. Dan orang lain takut bercakap dengannya.
Rasulullah SAW bersabda,” Orang mukmin ialah dia bermesra dan dimesrai. Tidak ada kebajikan orang tidak bermesra dan orang dimana orang lain tidak boleh bermesra dengan dia.
Orang mukmin ialah orang yang banyak memberi manfaat kepada orang lain. Orang yang masuk di peringkat pertama dia sombong seperti pohon yang tidak berbuah dia naik nampak tinggi sekali. Tidak ada manfaat padanya. Tidak ada naungan untuk kita bernaung di bawahnya.
Doa Rasulullah SAW,” Aku berlindung dengan Mu ya Allah dari melihat diriku besar disisiku sendiri dan bagi manusia.” Dan orang yang di peringkat pertama, jika dia berterusan di atas keadaannya itu, dia mati dalam keadaan rugi.
Orang yang masuk peringkat kedua akan merendah diri. Seperti pokok yang penuh buah-buahan, dia akan melentur, orang akan bernaung di bawahnya. Kadang-kadang dia akan lemparkan buah-buahnya. Dengan murah hati, Itulah para anbiya dan orang-orang saleh.
Bila mereka berjumpa dengan kaum-kaumnya menyeru kepada Allah kaumnya memukulnya. Mereka akan berdoa,”Ya Allah berilah hidayah kepada umatku, mereka tak tahu. Ya Allah berilah hidayah kepada umat-umatku mereka tak tahu.”
Dan orang yang masuk peringkat yang ketiga, ialah dia yang tahu dirinya tidak tahu apa-apa. InsyaAllah Allah kabulkan kita di tempat yang ketiga.
Maka tiap-tiap orang mesti tanya diri dia, aku pada peringkat yang mana. Jangan pula kita lihat orang lain, ustadz ini, ustadz itu, si fulan ini, si fulan itu, tidak! Saya.
Diri kita sendiri. Aku ini di tingkat mana? Dan orang tidak mendapat pelajaran dari hikmah ini kecuali orang yang berakal. Daripada firman Allah SWT, Sesungguhnya di dalam kejadian langit dan bumi dan perubahan siang dan malam ialah tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang berakal.
Yaitu orang-orang yang mengingati Allah dalam keadaan berdiri, keadaan duduk, dan dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata ya Tuhan Kami tidaklah engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
Jadi orang yang tidak berzikir kepada Allah dan duduk di dalam kezaliman maka dia akan terhindar dari hikmah. Dan orang yang tidak berzikir kepada Allah kecuali sedikit maka itulah sifat orang-orang munafik. Kita penuhkan masa kita berdiri dan berbaring untuk berzikir kepada Allah SWT.
Sesuatu yang kita banyak mengingatinya dia akan memberi kesan terhadap pikiran kita. Kalau seorang dimana dia berzikir mulut saja maka kalau ia pikir uang, maka saat sembahyang dia akan pikir uang.
Waktu hendak matipun dia akan pikir harta dia. Dan satu mahfum hadits Rasulullah SAW bahwa akan mati seseorang atas atas apa yang dia hidup dan akan dibangkitkan atas apa yang dia mati.
Orang ‘alim harus dia menyeru manusia kepada Allah SWT. Atas inilah nabi-nabi dulu lakukan.
Semua menyeru umatnya kepada Allah SWT. Mereka kata kepada Allah upah mereka. Aku tidak meminta kepada kamu akan upah. Yang mengupahku adalah Allah SWT.
Sesungguhnya ganjaran pahalaku atas apa yang aku buat bagi Allah seru sekalian alam. Allah SWT perintahkan nabi supaya katakanlah wahai Muhammad SAW, aku tidak meminta kepada kamu upah, sesungguhnya upah aku atas Allah SWT.”
Maka kehinaanlah kepada orang yang membawa Al-Qur’an, bahwa dia berhajat kepada apa yang ada disisi manusia.
Maka dia mesti menghadapkan perhatian manusia kepada Allah SWT. Bagaimana Nabi SAW mentawajuhkan pandangan manusia kepada Allah SWT dengan menasehati mereka,”Hendaklah kamu memohon, meminta-minta daripada Allah SWT, meminta tolong dari Allah SWT.
Jalan hikmah, pertama, kita berzikir kepada Allah SWT dalam setiap keadaan, bangun, duduk, jalan, baring, tidur. Maka apabila kita rasa susah kita letak diri kita pada suasana senantiasa membaca ayat-ayat Allah, mendengarkan ayat-ayat Allah, fikir tentang kebesaran-kebesaran Allah, maka fikir akan mengesani akan zikir.
Jadi orang-orang yang selalu memikiri tentang kebesaran Allah SWT, mereka berzikir kepada Allah dalam keadaan duduk, baring, dan memikirkan mengenai kebesaran-kebesaran Allah. Apa yang kita baca zikir, mengingatiNya, maka kebesaranNya akan masuk ke dalam hati kita.
Dan akan datang ketakutan terhadapNya di dalam hati. Dan kepala hikmah itu adalah takut kepada Allah SWT. Dan dengan takut kepada Allah, kemudian kita berzikir kepada Allah SWT, dan kita berfikir tentang gejala langit dan bumi, apakah natijahnya,
Maka seseorang seolah dia bangun daripada tidur maka dalam keadaan yang terperanjat bergamak,”Wahai Tuhan kami, tidaklah kamu jadikan segala-galanya bathil, Maha suci Engkau, dan datang takut kepada Allah, Ya Allah jauhkanlah kami dan peliharalah kami dari azab neraka.”
Maka untuk menjadikan seorang itu ulul albab, perlu kepada dakwah. Maka dakwah ada dua.
Pertama, menyeru orang kafir terhadap Islam,
Yang kedua menyeru orang Islam kepada Iman
ya tuhan kami sesungguhnya kami telah mendengar penyeru-penyeru menyeru untuk beriman. Maka kamipun beriman. Siapa yang menyeru?
Itulah dakwah.
Kita banyak tanggungjawab. Dan kita akan berdiri di hadapan Allah dan Allah akan tanya kita.
“Kemudian sesungguhnya kamu akan di tanya hari itu , hari kiamat mengenai nimat-nikmat”
Sabda Rasulullah SAW,” Sesungguhnya Allah SWT mengangkat beberapa kaum dengan kitab ini yaitu Al-Qur’an, dan menghina mereka dengan yang mula beberapa kaum yang lain.
Maka Di hari kelak akan ada manusia-manusia yang mereka dipimpin oleh Al-Qur’an, Al-Qur’an di depan dan mereka di belakang, dan ada pula mereka yang digiring oleh Al-Qur’an membawa mereka ke arah jahanam.
Firman Allah SWT,” Dan tidaklah Kami utuskan engkau muhammad SAW kecuali untuk sekalian manusia sebagai pemberi khabar gembira dan sebagai amaran, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
Maka agama hanya satu di sisi Allah SWT dan tidak diterima selain agama islam. Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, ia tidak akan diterima oleh Allah SWT. Jadi umat ini terbagi dua, umat dakwah dan umat istijabah (boleh rujuk lebih lanjut di bayan “Tanggung jawab atas dakwah”). InsyaAllah.
No comments:
Post a Comment