Terjemahan Oleh Maulana Abdul Hamid (Imam Masjid Jamek Sri Petaling K.L)
Alhamdulillahirabil alamin ……. Firman Allah SWT bahawa Allah ialah pembantu, pelindung bagi orang-orang Mukmin. Ia mengeluarkan mereka dari kegelapan dan kesesatan kepada nur, kepada cahaya iman, kepada mentauhidkan Allah SWT.
Manakala orang-orang kafir, pembantu mereka, pendorong mereka ialah thagut selain dari Allah SWT, mereka membawa dan mengeluarkan mereka daripada nur iaitu nur cahaya iman, mentauhidkan Allah SWT kepada zulumat, kepada kegelapan, kepada kesesatan. Mereka ialah penghuni-penghuni neraka dan mereka kekal di dalamnya ( Al-Baqarah : 256-257 ).
Dapat dilihat di dalam ayat ini bahawasanya Allah SWT menjadikan jalan yang lurus, jalan yang betul. Ada banyak jalan-jalan. Tapi jalan petunjuk adalah satu.
Allah SWT menyebutkan dalam surah yang lain bahawa,” Sesungguhnya inilah jalan Aku yang lurus. Maka hendaklah kamu ikut akan dia. Janganlah kamu ikut jalan yang lain maka dengannya kamu akan berpecah-pecah.
Maka dari firman Allah SWT, dalam menafsirkan ayat ini, Nabi SAW tunjukkan dengan cara amali, karena dengan contoh akan memudahkan kefahaman, dibandingkan sesuatu yang dipelajari secara teori.
Maka, sekali Rasulullah SAW telah menggariskan segaris yang panjang diatas pasir. Sahabat-sahabat disekeliling baginda SAW. Kiranya hal ini dilakukan oleh selain Rasulullah SAW maka ia akan jadi main-main dan sia-sia. Tapi karena ia dilakukan oleh Nabi SAW maka Nabi SAW tidak main-main, tidak membuat perkara yang sia-sia.
Maka sesuatu yang timbul dari amalan Rasulullah SAW adalah berfaedah. Apa saja yang dilakukan Rasulullah SAW memberikan suatu pengajaran. Maka nabi SAW telah membuat satu garis panjang di pasir, dan kiri dan kanannya disusuli oleh garis-garis yang kecil.
Maka Nabi SAW bersabda bahwa yang garis lurus panjang ini adalah jalan agama yang menyampaikan kepada agama Allah SWT. Sedangkan garis-garis kecil disekeliling ini adalah jalan-jalan yang membawa manusia kepada jalan kesesatan.
Dan di setiap kepala jalan tersebut ada syaitan yang menunggu. Maka barang siapa mengikuti jalan yang lurus yang membawa kepada Allah SWT maka syaitan akan menariknya ke jalan-jalan kesesatan yang berada di persimpangan-persimpangan jalan lurus itu.
Maka Allah SWT berfirman bahwa,” Sesungguhnya itulah jalanKu yang lurus, dan hendaknya engkau mengikutinya. Janganlah engkau mengikuti jalan-jalan lain yang banyak di sekelilingnya, maka kamu akan berpecah dari jalan Allah SWT yang lurus.
Inilah yang diwasiatkan Allah SWT kepada kamu, mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa.” Maka Nabi SAW telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus, jalan kebenaran, dan disekelilingnya ada jalan-jalan yang membawa jauh dari Allah SWT. Allah SWT ada sunnah-Nya yang kita panggil sunatullah, dan kudrat Allah yang kita panggil Qudratullah.
Kudrat Allah SWT, Allah bisa melakukan segala-galanya mengikut kehendakNya.
Dan sunatullah, adalah suatu peraturan Allah SWT dan sunatullah ini tidak berubah. Sebagaimana firman Allah SWT iaitu ,”Maka kamu tidak akan dapati daripada sunatullah itu perubahan.” Maka sekiranya Allah SWT hendak memberi hidayah, maka Allah SWT boleh memberi hidayah kepada seluruh manusia.
Firman Allah SWT,”Sekiranya Allah SWT menghendaki maka Dia boleh jadikan kamu umat yang satu, tidak menyekutukanNya. Tapi Allah SWT menyesatkan siapa yang dikehendaki dan memberi hidayah siapa yang Dia kehendaki.”
Firman Allah SWT, bahwasanya,” Sekiranya Kami kehendaki kami akan memberi hidayah kepadanya.” Maka ini adalah sunatullah dan kudrat Allah SWT. Maka didalam Alqur-’an, hidayah ini adalah suatu perkara yang sangat tinggi.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW mengenai hadits qudsi, Allah berfirman,” Wahai hamba-hambaKu kamu semuanya sesat kecuali orang yang Kami beri petunjuk. Maka mintalah petunjuk, mintalah hidayah kepadaKu niscaya Aku akan beri hidayah kepadamu.” Maka hidayah adalah sesuatu yang paling mahal di khazanah Allah SWT, yang paling tinggi. Maka sesiapa yang membesarkan selain daripada hidayah, membesarkan dunia lebih daripada hidayah maka dia telah membesarkan sesuatu yang Allah SWT telah hinakan.
Maka Allah SWT menghina dunia ini di dalam AL-Qur’an.
Nabi SAW bersabda,” Dunia dan seisinya ini jauh daripada rahmat Allah SWT, kecuali zikrullah atau sesuatu yang membantu mengingati Allah SWT, atau orang yang belajar ilmu agama ataupun orang yang mengajarkan ilmu agama.
Selain itu semuanya jauh daripada rahmat Allah SWT.” Sabda Rasulullah SAW,” Dunia ini adalah bangkai dan yang mencarinya adalah anjing.” Setiap kali Allah SWT menyebut dunia, maka Allah SWT menghinakannya, dan memberi amaran supaya menjauhinya.
Dan setiap kali Allah SWT menyebut akhirat maka Allah SWT menyebut kebaikannya dan menyeru supaya kita memberi keutamaan kepada akhirat. Sehingga Allah SWT berfirman,” bahkan memberi keutamaan kepada kehidupan dunia padahal kehidupan akhirat adalah kekal disisi Allah SWT.”
Sekarang kita akan berbicara tentang bagaimana kita mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Mohon semua tawajuh.
Kita lihat bagaimana hidayah ini, setelah Baginda SAW kembali dari perjanjian Aqabah, yaitu perjanjian dengan beberapa orang Madinah. Maka orang-orang Madinah ini telah meminta Baginda SAW untuk mengangkat seseorang daripada para sahabat RA untuk mengajar mereka agama. Maka Nabi SAW memilih seseorang yang telah membuat banyak pengorbanan. Yang telah meninggalkan kemewahannya, meninggalkan segala kesenangan hidupnya. Dia telah mengutamakan agama daripada dunia. Dia telah keluar dari kehidupan mewahnya dan memeluk Islam dengan penuh mujahadah.
Maka Nabi SAW telah memilih orang untuk kerja yang berat yang penuh dengan mujahadah adalah orang yang telah melakukan banyak mujahadah.
Dia adalah Mush’ab bin Umair RA. Bagaimana dia telah dihalau dari rumahnya, dari segala kemewahan yang selama ini dirasanya. Rasulullah tidak mengantar seorang alim ke sana, seperti Mu’az bin Jabal RA yang dihantar Rasulullah ke Yaman. Mu’az ini adalah orang alim. Tapi Rasulullah pilih untuk kerja yang mujahadah iaitu orang yang mujahadah.
Bukan berarti Mush’ab ini tidak alim. Tetapi lebih alim Mu’az RA. Sabda Nabi SAW,” Mu’az adalah orang yang paling alim mengenai haram halal di kalangan umat ini.” Jadi Nabi SAW hantar Mush’ab dan As’ad RA.
Karena Rasulullah SAW bersabda kalau bersafar seorang maka seorang syaitan. Jika dua orang, dua orang syaitan. Jika tiga orang itulah jemaah. Maka Nabi antar 2 orang untuk permulaan. Dan Nabi SAW berpesan pada mereka beri kabar gembira beri kata-kata semangat, jangan beri kabar menakutkan kepada mereka. Dan mudahkan jangan susahkan.
Mush’ab RA pergi ke madinah bukan untuk ziarah, bukan untuk melancong. Sabda Nabi SAW,” melancong umat ini adalah jihad fisabilillah.” Maka apabila mereka bersafar di Madinah, mereka telah menanggung susah payah di perjalanan yang jauh, dan mereka telah sampai disatu parit, di satu ladang. Mengapa mereka mengambil tempat tersebut? Sebab mereke membuat suatu tempat untuk mereka memulai usaha.
Kerana masjid tidak ada di situ. Kalau ada masjid sudah tentu mereka pergi ke masjid. Ini adalah amalan Nabi SAW. Jika ke mana-mana atau tiba di satu tempat bermula di masjid. Supaya hati kita senantiasa terpaut atau terhubung dengan masjid. Kemudian mereka mulai memikirkan bagaimana hidayah ini boleh tersebar. Yang bertindak sebagai guide adalah As’ad Bin Zararah.
Manakala Mush’ab Bin Umair datang sebagai Da’i. Maka mereka mula pergi berjumpa dengan orang-orang yang pernah berbai’at dengan nabi SAW di mekah. Maka datanglah beberapa orang, bukan semua, yang pernah berbai’at kepada Nabi SAW bersama-sama Mush’ab Bin Umair. Maka mereka kemudian membuat mensyuarat bagaimana memulai usaha ini. Maka mereka telah menunjukkan kepada kita apa mula-mula kena buat? Iaitu mensyuarat.
Dan orang yang mula-mula buat mesyuarat ini adalah orang Medinah. Maka Allah SWT memerintahkan Nabi SAW buat mensyuarat ini selepas kejadian yang dilakukan orang-orang Medinah. Allah menyuruh Nabi SAW melanggengkan atau meneruskan mensyuarat ini. Maka mereka mulai melakukan usaha dakwah.
Dan hal ini sampai ke telinga dua pimpinan kaum di Madinah, Saad Bin Mu’adz dan Usaid bin Hudlair. Katanya ada yang datang mendakwah kaum kepada satu ajaran yang baru. Maka Saad bin Mu’adz sangat marah sekali. Ia kata kepada Usaid bin Hudlair agar pergi dan beritahu mereka supaya mereka jangan membodoh-bodohi kaum kita dan supaya mereka keluar daripada negeri Madinah. Maka Usaid ambil tombaknya dan berjalan pergi.
Kemudian setelah berjumpa dengan Mush’ab, maka dia dengan marahnya bertanya kepada Mush’ab. Dan Mush’ab berkata,” duduklah, dan dengarlah.”
Karena kalau kita mau dakwah seseorang, maka kita mesti bawa dia dalam suasana iman. Pada saat dia berdiri dan dia tengah marah, syaitan menguasainya. Kemudian setelah dia duduk, bertukarlah posisi dia. Maka keadaan berubah. Duduk dalam majelis iman, maknanya mengandung keberkatan.
Nabi SAW bersabda,” Apabila Allah SWT mengampunkan dosa-dosa mereka, maka malaikat bertanya, semuanya, ya Allah. Ya, semuanya. Tapi ada hamba yang banyak dosa dia datang. Allah kata dia duduk saja itu juga telah diampunkan.
Ini adalah satu majelis dimana tidak akan disia-siakan sesiapapun yang duduk dengan mereka. Maka bila Usaid duduk, dan dia kata,”Kamu datang dan mengganggu orang-orang kami disini. Kalau kamu sayang diri kamu sila keluar dari sini.” Maka Mush’ab kata,” Dengarkan dulu. Seandainya anda menyukai nanti, anda dapat menerimanya. Sebaliknya jika tidak, kami akan menghentikan apa yang anda tidak sukai itu.” Lalu Mush’ab pun mula membacakan Al-Qur’an, dan menguraikan dakwah yang dibawa oleh Muhammad SAW, maka dada Umair pun mulai terbuka dan bercahaya.
Allah berfirman,” Dan berjihadlah terhadap mereka dengan alquran dengan jihad yang besar. Karena apa? Surat Al-Furqan diturunkan di Makah. Di Makah saat itu tidak ada apa-apa peperangan. Jadi membaca Alquran masuk juga kepada kategori-kategori jihad. Berdakwah dengan menggunakan Alquran. Maka Mush’ab membaca Alquran. Begitu membacanya orang awam terkesan kepada keindahan bahasanya. Lalu kata Usaid,” Dan apakah yang mesti dilakukan oleh orang yang hendak masuk Islam ini?” Kata Mush’ab,”Hendaklah ia mensucikan diri, pakaian dan badannya, serta bersaksi bahwa tiada tuhan Yang haq diibadahi melainkan Allah, melakukan sembahyang.” Maka apabila Mush’ab berkata demikian, dia melihat muka Usaid begitu senang, begitu ceria, friendly face.
Dan kemudian setelah Usaid melakukan semua itu, diapun masuk Islam. Selepas itu dalam beberapa menit sahaja Usaid telah berpikir bagaimana orang lain juga dapat hidayah. Dia berkata kepada Mush’ab,” Ada satu ketua kaum Saad bin Muadz. Kalau dia masuk Islam, maka tidak ada satu rumah pun dari rumah kaum anshar yang tidak akan masuk Islam. Aku Akan bawa dia kesini, dan hendaklah engkau bercakap dengannya.” Usaid kemudian berusaha bawa Saad kepada Mush’ab.
Dia tidak berkata nanti, atau besok dia akan bawa. Tapi langsung sekarang juga. Jadi Usaid pun pergi jumpa Saad bin Muadz. Saad bin Muadz melihat perbedaan wajah Usaid sewaktu pergi dan tadi saat kembali. Dan memang beda jauh antara muka orang mukmin dengan muka orang kafir. Jauuuh berbeza.
Kemudian Usaid mencari jalan bagaimana agar Saad boleh pergi jumpa Mush’ab. Maka dia membangkitkan semangat kesukuan atau kebangsaan jahiliyah, sehingga Saad boleh bergerak tunai, sekarang juga. Kemudian Saad langsung pergi dengan maksud untuk menghalang banu Haridzah dari membunuh sepupunya bersama dengan Usaid.
Maka setelah dia sampai, maka As’ad berbisik kepada Mush’ab,”Itu dia ketua kaum Saad bin Muadz telah sampai. Jadi kamu dakwah dia kepada Allah SWT.” Setelah itu dengan marah Saad mengarahkan tombaknya kepada As’ad. Dan seperti perkataan Mush’ab kepada Usaid pada awalnya, Saadpun duduklah.
Dan riwayat menyebutkan sebelum selesai bacaan Al-Qur’an dibacakan, telah nampak keceriaan, keriangan wajah Saad nampak jelas. Selepas itu Saad-pun bertanya,”Bagaimana seseorang diantara kamu jika masuk agama kamu ini?” Dijawab sama iaitu mandi, bersihkan pakaian dan membaca dua kalimah syahadah, dan sembahyang dua rakaat. Selepas melakukan semua itu, Saadpun berkata bahwa dia akan kembali kepada kaum dia.
Maka apabila ia mengambil tombaknya hendak kembali, ia telah kembali sebagai seorang pendakwah. Dan mereka tidak bertangguh. Begitu menerima Islam, saat itu juga timbul pikir dan membuat tindakan macam mana memasukkan semua orang ke dalam Islam. Allahu Akbar!
Kita ini tidak paham. Kita anggap dakwah ini kerja orang alim saja. Padahal kerja dakwah ini adalah untuk semua umat Muhammad SAW. Untuk orang alim sahaja yaitu beri fatwa. Beri fatwa ini hanya boleh dilakukan orang alim. Tapi dakwah adalah semua orang.
Tapi hari ini kita tersilap, yang untuk orang ‘alim kita orang awam mau buat. Beri fatwa semua mau buat. Yang ini haram, yang ini halal, yang ini boleh, ini tak boleh, hari ini semua keluarkan fatwa. Yang ber dakwah dianggap itu kerja orang alim. Kalau ditanya, ber dakwah? Dijawab,”Saya bukan orang ‘alim.”
Jadi tuan-tuan yang mulia, dalam ayat Alquran, siapa yang tidak membuat usaha dakwah, dan tidak menyuruh manusia kepada Allah, maka dia bukanlah pengikut Nabi SAW. Begitu keras sekali. Jadi begitu Saad balik, dia langsung menyeru kaumnya kepada agama Allah SWT.
Ada 3 perkara yang kita mesti lihat yaitu Qur’an, hadits, dan kehidupan para sahabat RA. Ini adalah asas atau dasar tersebarnya hidayah yang kita dapat pelajaran dari 3 perkara ini. Saad begitu balik langsung memanggil kaumnya. Kemudian tanya kaumnya,”Bagaimana aku ini diantara kamu?
Lalu mereka jawab, engkau adalah penghulu kami, pemimpin kami, dan orang yang mulia diantara kami.
Maka kata Saad,”Kalau begitu, semua lelaki kamu, semua perempuan kamu, haram bercakap dengan aku kecuali kalian masuk Islam.” Maka setelah itu tiada satupun lelaki atau perempuan yang tidak masuk Islam.
Semua masuk Islam. Allahu Akbar! Jadi Mush’ab bin Umair, As’ad Bin Zararah, Ushaid bin Hudlair, Saad bin Muadz semuanya RA, kemudian mereka berkumpul di satu rumah (karena tak ada masjid lagi),
dan kemudian bermesyuarat, mengadakan halqah taklim, belajar dan mengajar, belajar membaca Alqur’an, dan juga mereka bentuk jamaah yang dihantar ke kampung-kampung yang berdekatan dengan Madinah.
Maka mereka dakwah sehingga kampung-kampung tersebut telah masuk Islam. Jadi Mus’ab bin Umair dalam masa setahun telah berdakwah, dan akhirnya semua bukan saja Madinah, kampung-kampung disekelilingnya telah masuk Islam, kecuali sedikit yang belum Islam.
Maka bumi Madinah telah sedia menerima rahmat Allah dengan penghijrahan Rasulullah SAW. Dan setelah itu Allah wajibkan semua orang Islam di Mekah untuk pindah ke Medinah.
Maka hijrahnya puak-puak muhajirin daripada Mekah membawa agama bersama Nabi SAW, dan orang ansar yang membantu Nabi SAW. Dua puak ini, anshar dan muhajirin, mereka telah bergabung bawa pikir agama, maka agama telah tersebar ke seluruh alam.
Mush’ab bin Umair telah meninggalkan kampung halamannya di Mekah satu tahun untuk buat usaha dakwah.
Maka barangsiapa keluar satu tahun dakwah di jalan Allah, maka dia telah meniru Mush’ab bin umair. Maka tuan-tuan, dengan pengorbanan, susah payah, usaha untuk mencari yang betul, maka terbentuklah dua golongan muhajirin dan anshar, yang kemudian sama-sama pikir agama, maka tersebarlah agama ke seluruh alam.
Maka siapa tuan-tuan yang bersedia mengikuti mereka? InsyaAllah. Qum, Bismillah…….. Tuan-tuan, kita tidak mampu buat seperti apa yang mereka buat. Hanya kita hendak meniru-niru macam apa yang mereka buat.
Kita ini kecil, mereka adalah orang-orang yang buat pengorbanan besar-besar. Hanya kerana kita meniru mereka maka semoga Allah SWT mengumpulkan kita bersama-sama mereka kelak. Nabi SAW bersada,” Jika kamu diminta keluar di jalan Allah SWT, terus kita bangun menyediakan diri.” Seorang sahabat tanya,” Bagaimana, seseorang suka kepada suatu kaum, tapi dia tak mampu mengejar mereka?” Maka Nabi SAW bersada,” Seseorang akan bersama sesiapa yang dia sayangi.” Maka jika kita tiru-tiru para sahabat, kita suka kepada mereka, maka Allah SWT akan membangkitkan kita di akherat bersama-sama dengan mereka. InsyaAllah
No comments:
Post a Comment